Pinjaman ADB Senilai Rp1,348 T: Upaya Investasi KKP Untuk Tingkat Infrastruktur Budidaya Udang Nasional

Dikabarkan bahwa udang tetap menjadi komoditas utama dalam ekspor sektor perikanan Indonesia. (Mediani.com)

Industri udang sedang menjadi fokus investasi KKP mencapai nilai triliunan. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah mengamankan pinjaman sebesar Rp1,348 triliun dari Asian Development Bank (ADB) hingga Desember 2027. Pinjaman tersebut bertujuan untuk memperkuat sektor budidaya udang nasional melalui Implementasi Perbaikan Infrastruktur untuk Proyek Budidaya Udang (IISAP). Menurut Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, TB Haeru Rahayu memaparkan kerja sama ini diharapkan mampu meningkatkan produksi dan kualitas udang Indonesia untuk menghadapi persaingan global. Hal ini sejalan dengan arahan Menteri Kelautan dan Perikanan, Bapak Sakti Wahyu Trenggono, yang menekankan pentingnya pengelolaan pinjaman luar negeri dengan pendekatan ilmiah yang baik.

Tujuannya adalah agar generasi mendatang dapat menikmati infrastruktur yang ditingkatkan, terutama dalam pengembangan budidaya udang. Menurut Tebe, udang tetap menjadi komoditas utama dalam ekspor sektor perikanan Indonesia. Data menunjukkan bahwa pada 2022, ekspor udang mencapai US$2,16 miliar, menyumbang 34,57% dari total nilai ekspor perikanan Indonesia. Produksi udang pada tahun yang sama naik 15% menjadi 1,09 juta ton dari 953 ribu ton pada 2021. Fakta investasi KKP ini mengindikasikan potensi pengembangan budidaya udang baik dari segi produksi maupun optimalisasi pemanfaatan lahan.

Dengan dukungan dari berbagai pihak termasuk Kementerian/Lembaga lain, Pemerintah Daerah, dan para pemangku kepentingan, diharapkan pinjaman ADB senilai Rp1,348 triliun dapat dimanfaatkan secara efektif hingga Desember 2027.

Tujuan Besar Investasi KKP ke Budidaya Udang Nasional

Dana sebesar Rp1,348 triliun akan dialokasikan melalui proyek IISAP untuk memperbaiki infrastruktur budidaya udang. Rincian proyek mencakup pembangunan pusat produksi induk dan benih (Broodstock Center), laboratorium kesehatan ikan, tambak di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, tambak udang berbasis kawasan, dan tambak udang di masyarakat.

Dari 300.501 hektar tambak udang di Indonesia, sebanyak 247.803 hektar atau 82% merupakan tambak tradisional. Sementara itu, 15% merupakan tambak semi-intensif, dan 3% merupakan tambak intensif.

Diharapkan, melalui investasi KKP ini, infrastruktur yang ditingkatkan akan mampu meningkatkan produksi dan produktivitas budidaya udang secara terintegrasi, berkelanjutan, dan ramah lingkungan. Tujuan akhirnya adalah agar industri perikanan budidaya Indonesia dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, produktivitas, profitabilitas, dan kelestarian lingkungan budidaya udang.

Country Director ADB Indonesia, Eric Quincieu berharap proyek IISAP dapat tercapai dan mendukung rencana aksi Healthy Oceans and Sustainable Blue Economy. Indonesia, sebagai pemain kunci di pasar udang global, menempati peringkat lima besar produsen udang dunia dengan pangsa pasar global sebesar 8,7%. Proyek ini juga diharapkan dapat memperkenalkan praktik budidaya yang berkelanjutan untuk mendukung upaya pelestarian lingkungan laut.

Rencananya, program IISAP akan diimplementasikan di 7 Provinsi, termasuk Aceh, Lampung, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Sulawesi Selatan.

ADB berkomitmen untuk meningkatkan akses bagi para petani udang, baik dalam hal input produksi, pasar, maupun penelusuran melalui investasi dalam infrastruktur adaptif iklim, peningkatan kapasitas, dan penguatan nilai rantai. Selain itu, ADB juga berharap dapat memfasilitasi transfer pengetahuan dalam produksi benih udang berkualitas dan mengurangi ketergantungan pada impor benih udang.

Demikian informasi seputar upaya investasi KKP ke sektor budidaya udang dengan bantuan pinjaman dari ADB. Untuk berita ekonomi dan investasi lainnya hanya di Benoanews.com.