Menkeu Sri Mulyani: Belajar Ekonomi dari Kisah Nabi Yusuf

Menurut Sri Mulyani, kisah Nabi Yusuf bisa dipelajari untuk mengantisipasi siklus ekonomi. (Jawapos.com)

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membahas bagaimana kisah Nabi Yusuf memuat pelajaran penting tentang pengelolaan siklus ekonomi. Dalam kisah Nabi Yusuf, Raja Mesir bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina gemuk yang dimakan tujuh sapi betina kurus serta tujuh bulir gandum hijau dan tujuh bulir gandum kering.

Tafsiran mimpi tersebut adalah Raja diminta untuk menanam tujuh kali masa tanam, memakan hasilnya secukupnya, dan menyimpan selebihnya sebagai persediaan karena akan datang tujuh tahun kekeringan.

Menurut Sri Mulyani, fenomena ini mirip dengan siklus bisnis atau ekonomi, yang selalu mengalami kondisi naik (ekspansi/boom) dan kondisi turun (resesi/trough/bust). Teori ekonomi neo-klasik percaya bahwa mekanisme pasar dapat mengembalikan ekonomi ke keseimbangan tanpa campur tangan pemerintah. Sementara teori Keynesian menyatakan pemerintah dan bank sentral memiliki peran penting dalam mengembalikan stabilitas ekonomi.

Mulyani juga membahas hasil disertasi Doktor Ahmad Syamsurijal yang meneliti kemampuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai alat stabilisasi otomatis untuk mengatasi krisis ekonomi, seperti pandemi -19 dan krisis keuangan global 2008/2009. APBN, termasuk pajak yang dibayar oleh warga negara, adalah instrumen penting untuk mengatasi pasang surut perekonomian.

Menurut Sri Mulyani, kisah Nabi Yusuf bisa dipelajari dari segi ekonomi dan kita harus mampu mengantisipasi siklus ekonomi dengan menyiapkan instrumen yang tepat untuk menghadapi berbagai tantangan dan guncangan perekonomian Indonesia dan dunia. Belajar dari sejarah, ilmu agama, dan ilmu pengetahuan penting untuk menjaga dan mengelola perekonomian dan negara.

Secara keseluruhan, kisah Nabi Yusuf menunjukkan bagaimana pentingnya mengantisipasi siklus ekonomi dan mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai tantangan ekonomi. “Belajar dari kisah Nabi Yusuf, kita harus mampu mengantisipasi siklus ekonomi dan harus menyiapkan instrumen yang tepat (kebijakan fiskal-moneter) untuk menghadapi berbagai tantangan dan guncangan perekonomian Indonesia dan situasi dunia. Sungguh penting dan bermanfaat belajar dari sejarah, wisdom ilmu agama dan ilmu pengetahuan untuk menjaga dan mengelola perekonomian dan negara kita,” tutur Sri Mulyani.