Investasi Proyek LNG Abadi Blok Masela Capai Rp535,96 Triliun: Rincian Biaya dan Rencana Pengembangan

Kontrak kerja sama (KKS) Blok Masela yang berlaku selama 30 tahun dan ditandatangani pada 16 November 1998 mendapatkan perpanjangan waktu hingga 2055. (Eksplorasi.id)

Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) mengungkapkan besarnya investasi dan biaya operasi untuk pengembangan proyek LNG Abadi Blok Masela, yang mencapai US$34,74 miliar atau setara dengan Rp535,96 triliun (menggunakan asumsi kurs Rp15.428 per dolar AS saat ini). Estimasi ini muncul setelah disetujuinya Revisi 2 Rencana Pengembangan Lapangan yang Pertama (POD I) Lapangan Abadi WK Masela oleh Menteri ESDM, Arifin Tasrif pada 28 November 2023.

Dalam rencana pengembangan tersebut, terdapat penambahan investasi untuk pemasangan fasilitas penangkapan karbon (CCS), dan target operasi proyek dijadwalkan pada tahun 2030. Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji menyatakan bahwa Inpex dapat melaksanakan kegiatan pengembangan sesuai dengan Rencana Pengembangan Lapangan Abadi.

Detail pelaksanaan proyek mencakup desain dan rekayasa (FEED) untuk OLNG, FPSO, GEP, dan SURF pada tahun 2024, persiapan situs pada 2025, dan persiapan pengeboran pada 2026 oleh Inpex. Perkiraan biaya pengembangan mencakup biaya investasi sebesar US$20,94 miliar, termasuk investasi CCS sebesar US$1,08 miliar, biaya operasi sebesar US$12,97 miliar, dan biaya Abandonment and Site Restoration (ASR) sebesar US$830 juta.

Kontrak kerja sama (KKS) Blok Masela, yang berlaku selama 30 tahun dan ditandatangani pada 16 November 1998, mendapatkan perpanjangan waktu hingga 2055. Saat ini, pemegang Partisipasi Interes WK Masela adalah Inpex Masela Ltd (65%), PT Pertamina Hulu Energi Masela (20%), dan Petronas Masela Sdn. Bhd (15%).

Sebelumnya, Inpex Masela Ltd bernegosiasi dengan pemerintah Indonesia untuk amandemen production sharing contract (PSC) proyek LNG Abadi Blok Masela. Amandemen ini diharapkan dapat meningkatkan daya tarik ekonomi proyek, sambil Inpex mempertimbangkan penambahan fasilitas CCS dalam rencana pengembangan.

Managing Executive Officer Senior Vice President Asia Projects Inpex, Akihiro Watanabe, menyatakan bahwa negosiasi sedang berlangsung untuk mencapai tingkat pengembalian investasi (IRR) sekitar 10%. Inpex juga berencana membebankan biaya operasi CCS ke dalam kontrak bagi hasil atau PSC yang sedang diamandemen.

Proyek Blok Masela diharapkan menjadi salah satu aset pengelolaan gas terbesar kedua bagi Inpex dan akan memenuhi lebih dari 10% kebutuhan impor LNG tahunan Jepang. Selain itu, proyek ini diharapkan dapat menjaga ketahanan pasokan energi di Indonesia, Jepang, dan beberapa negara Asia lainnya.

Demikian informasi seputar perkembangan pengelolaan gas di Blok Masela. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Benoanews.com.