Harga beras di Indonesia, khususnya beras premium baru, akhirnya turun menjelang Lebaran setelah mengalami kenaikan signifikan sebelumnya. Namun, penurunan harga ini dinilai lambat karena seharusnya sudah terjadi sejak awal Februari lalu. Ada beberapa faktor yang menyebabkan lambatnya penurunan harga dari beras premium baru.
Faktor pertama adalah adanya spekulasi pasar. Beberapa spekulan yang melakukan pembelian beras dalam jumlah besar membuat harga beras tetap tinggi. Padahal, pasokan beras di pasaran sudah cukup tinggi.
Faktor kedua adalah distribusi beras dari petani ke pasar yang masih belum optimal. Masih banyak petani yang kesulitan dalam mengirimkan beras mereka ke pasar. Hal ini menyebabkan stok beras di pasar masih relatif rendah, sehingga harga beras masih tetap tinggi.
Meskipun harga beras premium baru mengalami penurunan, harga untuk beras medium dan premium lama masih relatif tinggi. Hal ini disebabkan oleh permintaan yang masih cukup tinggi dan stok yang masih terbatas. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan dapat melakukan tindakan yang lebih tegas untuk menstabilkan harga dari beras dan memastikan pasokan beras yang cukup di pasaran.
Pemerintah dapat meningkatkan distribusi beras dari petani ke pasar agar stok beras di pasar dapat terjaga. Selain itu, pemerintah juga dapat melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap spekulasi pasar agar harga beras tidak terlalu tinggi dan merugikan konsumen. Dalam jangka panjang, pemerintah perlu memperkuat ketahanan pangan nasional dengan mengembangkan pertanian, meningkatkan produktivitas, dan memperluas akses pasar untuk para petani.
Hal ini dapat membantu menjaga harga dari beras agar tetap stabil dan terjangkau bagi masyarakat. Sehingga, masyarakat tidak perlu khawatir akan kenaikan harga beras yang dapat mempengaruhi daya beli dan kesejahteraan mereka.