Penggunaan produk lokal Bali seperti pertanian, perikanan dan industri lokal Bali diharapkan mampu memberikan pengaruh ketersediaan kebutuhan pokok di masyarakat daerah tersebut, dan terpenting dari situlah angka inflasi daerah di Bali mampu ditekan.
Produk lokal Bali sendiri saat ini masih kurang diminati dan dikonsumsi oleh masyarakat di Bali secara umum. Selama ini, kebutuhan bahan pokok kebanyakan dipasok dari luar dengan jumlah yang tidak menentu.
Produk lokal Bali harus ditingkatkan dari segi produksi.
Hal ini diungkapkan oleh Gubernur Bali Wayan Koster dalam sambutannya pada Rapat Koordinasi Wilayah Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Bali Nusra di The Anvaya Beach Resort Bali, Badung.
“Kita tahu Bali sebagai tujuan wisata dunia. Tapi sayangnya selama ini para petani tidak menerima manfaat pariwisata Bali secara langsung. Untuk itu, saya telah mengeluarkan peraturan tentang pemasaran dan pemanfaatan produk pertanian, perikanan dan industri lokal Bali. Saya ingin antara pariwisata dengan pertanian harus dipertemukan, diberdayakan dan disinergikan sebagai strategi dalam membangun perekonomian Bali guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya para petani, nelayan, dan pelaku serta pegiat industri lokal Bali,” ujar Gubernur Koster dilansir dari beritabali.com.
Jika produk lokal Bali mulai dari pertanian, perikanan dan industri lokal produksinya mencukupi dan terus meningkat dari tahun ke tahun maka tidak perlu mendatangkan suplai dari daerah lain dan bisa dipastika angka inflasi di Bali akan menurun.
Sementara itu, Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali selaku Kepala Bank Indonesia wilayah Bali Nusra, Causa Iman Karana melaporkan jika pada Triwulan I tahun 2019 Bali Nusra mengalami inflasi.
Nilai inflasi sebesar 2.06%, lebih rendah dibandingkan inflasi pada triwulan IV tahun 2018 sebesar 3.13%. Secara spasial, melandainya inflasi tahunan pada triwulan I tahun 2019 dibanding triwulan IV tahun 2018 terjadi pada ketiga provinsi baik di Provinsi Bali, NTB, dan NTT.