Analisis Likuiditas Perekonomian Indonesia Pada Desember 2022

Kredit Modal Kerja (KMK) tumbuh 11,7 persen (yoy) pada Desember 2022, setelah sebelumnya tumbuh sebesar 11,6 persen (yoy). (Beritasatu.com)

Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Desember 2022 mencapai Rp8.525,5 triliun atau tumbuh 8,3 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, menjelaskan bahwa perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit (M1) sebesar 9,5 persen (yoy) dan uang kuasi sebesar 6,8 persen (yoy).

Pertumbuhan M2 pada Desember 2022 utamanya dipengaruhi oleh perkembangan aktiva luar negeri bersih dan penyaluran kredit. Aktiva luar negeri bersih tercatat tumbuh positif sebesar 4,9 persen (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode sebelumnya sebesar satu persen (yoy).

Sedangkan penyaluran kredit pada Desember 2022 tumbuh 11 persen (yoy) menjadi Rp6.387 triliun, setelah bulan sebelumnya tumbuh 10,9 persen (yoy). Pertumbuhan ini terjadi seiring dengan perkembangan kredit produktif dan konsumtif.

Perkembangan penyaluran kredit terutama terjadi pada golongan debitur korporasi sebesar 15 persen (yoy) dan perorangan sebesar 8,1 persen (yoy). Kredit Modal Kerja (KMK) tumbuh 11,7 persen (yoy) pada Desember 2022, setelah sebelumnya tumbuh sebesar 11,6 persen (yoy).

Pertumbuhan KMK bersumber dari KMK sektor industri pengolahan yang tumbuh sebesar 11 persen (yoy), terutama pada subsektor industri farmasi dan jamu di Banten. Sementara itu KMK sektor konstruksi tumbuh 5,9 persen (yoy) pada Desember 2022, terutama pada subsektor bangunan jalan tol di DKI Jakarta dan DI Yogyakarta.

Kredit konsumsi (KK) tumbuh 9,4 persen (yoy) pada Desember 2022, yang utamanya disebabkan oleh perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor dan Kredit Multiguna. Penyaluran kredit sektor properti tumbuh 8,4 persen (yoy) pada Desember 2022, dengan kredit real estate tumbuh 20,8 persen (yoy), yang utama berasal dari kredit real estate gedung perkantoran di DKI Jakarta dan Banten.