Menempatkan uang di saham memang sangat menguntungkan. Namun di mana ada keuntungan pasti akan selalu ada risiko yang harus ditempuh oleh investor. Saham, sebagai salah satu instrumen investasi yang mulai banyak dilirik, menawarkan keuntungan besar namun dengan risiko yang besar pula. Risiko investasi saham bahkan berpotensi menghilangkan modal investor.
Risiko Investasi Saham
Risiko berinvestasi di saham pasar modal bisa disebabkan oleh kondisi pasar, kegagalan bisnis, dan masih banyak lagi. Berikut ini beberapa risiko di saham pasar modal.
- Risiko Pasar (Market Risk)
Risiko pasar adalah hal buruk yang muncul karena adanya fluktuasi harga saham. Fluktuasi sendiri dipicu oleh kondisi pasar secara general mulai dari kondisi ekonomi yang berubah, kondisi politik, hingga peristiwa global. Kondisi tersebut akan berdampak pada pergerakan harga saham anjlok.
Cara mengatasi risiko pasar yang buruk adalah dengan berinvestasi tidak hanya di satu saham atau di satu sektor keuangan. Selain itu investor bisa investasi jangka panjang agar tak terpengaruh volatilitas pasar jangka pendek.
- Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)
Risiko tersebut bisa terjadi saat saham yang sudah dibeli lalu tiba-tiba sulit untuk dijual tanpa penurunan harga. Kondisi itu bisa terjadi terutama pada saham bervolume perdagangan yang rendah. Namun tak perlu khawatir risiko ini bisa dihindari.
Disarankan untuk investor agar menghindari saham dengan volume perdagangan rendah, sebaliknya, pilih yang volume perdagangannya tinggi.
- Risiko Kredit (Credit Risk)
Risiko kredit adalah kondisi yang terjadi saat perusahaan pemilik saham gagal bayar hutang atau bangkrut. Saat itu terjadi nilai saham langsung anjlok sehingga saham tidak laku dijual. Untuk mengatasi risiko ini, investor harus bisa mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan yakni dengan memeriksa laporan keuangan, arus kas, yang kemudian dibandingkan dengan rasio hutang.
- Risiko Inflasi (Inflation Risk)
Risiko ini berkaitan dengan kondisi inflasi suatu negara. Inflasi tinggi mampu mengurangi daya beli. Saat return yang didapat dari investasi saham lebih rendah dibanding inflasi, maka nilai riil investasi juga turun.
Untuk mengatasi kondisi tersebut investor dapat memilih saham perusahaan yang mampu mengungguli inflasi. Usahakan pilih saham perusahaan yang mampu menaikkan harga produk sebagaimana inflasi.
- Risiko Suku Bunga (Interest Rate Risk)
Saham berpotensi tidak diminati saat suku bunga naik. Jika itu terjadi, maka harga saham bisa turun. Investor harus benar-benar memantau kebijakan moneter yang diambil oleh Bank Sentral atau Bank Indonesia. Cari informasi terkait kebijakan suku bunga lalu sesuaikan dengan portofolio investasi Anda. Disarankan untuk berinvestasi ke obligasi sehingga dampak perubahan suku bunga jadi lebih minim.
- Risiko Perusahaan (Company-Specific Risk)
Kondisi ini bisa terjadi karena perusahaan terkena masalah seperti skandal korupsi, manajemen yang berantakan, atau perubahan regulasi yang dampaknya terasa pada operasional perusahaan. Kondisi ini bisa dihindari dengan cara investor melakukan analisa mendalam pada manajemen, model bisnis, dan prospek perusahaan.
- Risiko Valuasi (Valuation Risk)
Risiko ini yang paling sering dialami oleh investor. Terjadi saat investor membeli saham saat posisi harganya tinggi (overvalued). Saat harga saham turun kembali ke nilai wajar, investor terlanjur mengeluarkan modal besar.
Risiko ini bisa dihindari asal investor melakukan analisa secara tepat untuk mengetahui kapan saatnya jual atau beli saham. Selain itu disarankan pula untuk beli saham secara bertahap.
Investor juga harus belajar secara keseluruhan terkait pasar modal sehingga risiko investasi saham dapat diminimalisir.