Lahan pertanian tembakau Buleleng pada tahun ini mengalami penurunan yang tajam, dengan prosentase hampir 50%. Bukan karena cuaca yang tidak mendukung, tetapi karena para petani di tahun ini mereka tidak menerima bantuan pupuk dan obat dalam pemeliharaan tanaman tembakau. Sementara itu pada tahun ini harga tembakau sedang bagus dan peluang untung besar.
Kebijakan dari Kementrian Keuangan Republik Indonesia, yang mengalikasikan Dana Hasil Cukai Dan Tembakau (DBH-CHT) ke bidang kesehatan. Lahan Tanam Tembakau Langsung Merosot dikarenakan tidak terjadi pembagian yang proporsional. Dana Hasil Cukai dan Hasil Tembakau dialokasikan untuk pelayanan BPJS.
I Gusti Agung Made Adnyana memaparkan luas tanam pada tahun 2017 di Buleleng mencapai kurang lebih 600 hektare, saat ini penurunan luas lahan tanam tembakau hanya seluas sekitar 335 hektare karena merupakan kekecewaan petani. I Gusti Agung Made adalah Kasi Pembenihan dan Perlindungan Perkebunan, Dinas Pertanian Buleleng.
Menurut I Gusti Agung Made bantuan pupuk dan obat pembasmi hama sangat diperlukan para petani. Bantuan dari pemerintah itu disebut akan meringankan biaya produksi perkebunan tembakau yang memang cukup tinggi.
“Petani kami banyak yang kecewa dengan tidak adanya alokasi pupuk dan obat gratis yang biasanya didapat dari DBHCHT. Malah sekarang 90 persen diambil oleh kesehatan padahal itu adalah cukai tembakau, petani kami kan juga perlu,” kata dia.
Sementara itu untuk musim tanam tembakau tahun ini sebanyak 335 hektare disebut Agung Adnyana dikembangkan di 16 desa di tujuh kecamatan, kecuali Tejakula dan Gerokgak. Rtausan lahan tembakau itu 279 hektar merupakan lahan tembakau varietas Virginia dan 56 hektar lainnya varietas tembakau rajangan.
Untuk dua hektare lahan tembakau, petani bisa menghabiskan biaya operasional hingga Rp 60 juta. Permodalan yang cukup besar itu dapat tertertutupi jika tanaman tembakaunya tak terserang hama dan cuaca mendukung.
Dua hektare lahan tembakau yang bagus dalam musim panen maksimal dapat menghasilkan 2,5 ton tembakau. Jumlah produksi tahun ini pun dikatakan jelas menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 1.500 ton dari 600 hektar lahan tanam.