Laporan Penurunan Hasil Investasi Asuransi Jiwa: Tantangan dan Strategi

Data OJK menunjukkan penurunan investasi asuransi jiwa bulanan sebesar 16,88%, dari Rp7,56 triliun pada April 2024. (Pashouses.com)

Hasil investasi asuransi jiwa mengalami penurunan signifikan pada Mei 2024, dengan catatan penurunan sebesar 42,23% secara tahunan atau year on year (YoY) menjadi Rp6,29 triliun. Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga menunjukkan penurunan bulanan sebesar 16,88%, dari Rp7,56 triliun pada April 2024.

Di tengah kondisi ini, PT Asuransi Jiwa IFG (IFG Life) justru mencatat hasil investasi yang tumbuh sebesar 15,6% secara YoY pada Juni 2024, mencapai Rp844 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp730 miliar.

Head of Corporate Secretariat IFG Life, Gatot Harydisaat menjelaskan bahwa perusahaan fokus pada penempatan investasi di instrumen berisiko rendah hingga menengah, dengan sebagian besar ditempatkan pada Surat Berharga Negara (SBN).

“Kami senantiasa menjaga pengelolaan investasi secara prudent agar IFG Life dapat fokus pada inovasi dan ekspansi, sehingga dapat tumbuh secara berkelanjutan dan memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat Indonesia,” ujar Gatot pada Rabu (24/7).

IFG Life mengedepankan konsep Liability Driven Investment, yaitu investasi yang dilakukan harus sesuai dengan profil liabilitas perusahaan. Dengan demikian, kemampuan untuk melakukan pembayaran klaim kepada pemegang polis dapat terjaga. Penempatan investasi dilakukan secara ketat dan sesuai dengan praktik tata kelola yang baik.

PT BNI Life Insurance juga memiliki strategi khusus dalam menghadapi tantangan penurunan hasil investasi. Perusahaan menargetkan hasil investasi mencapai Rp1,087 triliun sepanjang tahun 2024. Pada Juni 2024, hasil investasi perusahaan tercatat sebesar Rp461 miliar.

General Manager Corporate Secretariat, Legal, dan Corporate Communication BNI Life, Arry Herwindo menyatakan keyakinannya bahwa target tersebut dapat tercapai hingga akhir tahun ini. Mayoritas aset investasi perusahaan ditempatkan pada obligasi, sekitar 73%, dengan reksadana sekitar 20%, saham sekitar 5%, dan sisanya pada deposito.

“Ditempatkan pada obligasi karena itu paling sesuai dengan kebutuhan produk asuransi,” ujar Arry pada Rabu  kemarin (24/7).

Penempatan aset investasi BNI Life masih diprioritaskan pada obligasi, mengingat adanya proyeksi pemangkasan suku bunga acuan di semester II-2024. BNI Life melihat kesempatan untuk memanfaatkan hal ini guna taking profit.

Penurunan hasil investasi di sektor asuransi jiwa menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan. Namun, strategi yang diterapkan oleh IFG Life dan BNI Life menunjukkan bahwa dengan pengelolaan yang prudent dan fokus pada instrumen investasi yang tepat, perusahaan dapat tetap tumbuh dan memberikan pelayanan terbaik bagi nasabah.

Demikian informasi seputar penurunan investasi asuransi jiwa. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Benoanews.Com.