Potensi cadangan migas (minyak dan gas) masih menjadi perhatian utama bagi perusahaan-perusahaan start-up independen yang bergerak di sektor energi. Dalam sebuah webinar yang diadakan oleh Dunia Energi, para ahli menyampaikan bahwa eksplorasi migas masih dominan di wilayah Afrika dan Asia, meskipun tren menuju energi hijau atau green energy semakin meningkat.
Menurut Tumbur Parlindungan, Direktur Star Energy Oil and Gas Indonesia dan TIS Petroleum, dari tahun 2013 hingga 2022, temuan besar cadangan migas rata-rata mencapai lebih dari 15 miliar barel per tahun di seluruh dunia. Indonesia, khususnya, menjadi hotspot untuk eksplorasi migas dengan dua temuan besar yang menonjol.
Eksplorasi migas utama difokuskan pada wilayah offshore karena masalah sosial masih menjadi kendala utama dalam eksplorasi darat. Di Indonesia maupun di negara lain seperti Amerika Serikat, masalah sosial seringkali menghambat proyek-proyek migas.
Meskipun tren global menuju energi hijau semakin berkembang, temuan migas masih didominasi oleh gas, terutama di Indonesia. Malaysia juga menjadi hotspot untuk eksplorasi migas dalam beberapa tahun terakhir.
Perusahaan start-up yang bergerak di sektor migas biasanya mencari lokasi yang potensial dan dilengkapi dengan infrastruktur yang memadai. Di Amerika Serikat, seperti di Texas, infrastruktur yang baik mendukung pengembangan migas tidak konvensional. Di masa mendatang, diperkirakan akan terjadi peningkatan merger dan akuisisi di industri migas untuk memperkuat struktur perusahaan. Chevron contohnya, baru saja melakukan akuisisi terhadap Hess.
Indonesia, khususnya dengan penemuan-penemuan terbaru seperti Gayo 1 di Aceh, menjadi target eksplorasi migas yang menjanjikan. Perusahaan start-up migas akan terus memantau area-area yang berkembang menjadi hotspot potensial untuk ekspansi.
Dalam konteks ini, perhatian terhadap infrastruktur dan ekosistem menjadi kunci utama bagi perusahaan start-up migas dalam mengeksplorasi wilayah-wilayah baru. Potensi cadangan migas di Indonesia, terutama dalam bentuk migas non-konvensional (MNK), menawarkan peluang besar yang masih perlu dieksplorasi lebih lanjut.
Dengan terus mengamati tren global dan memanfaatkan teknologi terkini, perusahaan-perusahaan start-up migas dapat berperan penting dalam mengoptimalkan potensi cadangan migas Indonesia dan kontribusi mereka dalam memenuhi kebutuhan energi secara berkelanjutan.