Pariwisata Indonesia saat ini sangat gencar dipromosikan demi mencapai target kunjungan wisatawan. Selain banyak dipromosikan namun ada satu hal yang menjadi musuh bersama untuk menjaga keindahan objek wisata. Musuh bersama tersebut yaitu sampah. Sampah memang harus di tanggulangi bersama, tak bisa hanya mengandalkan petugas setempat.
Salah satu yang memprihatinkan yaitu kondisi hutan mangrove di Benoa, Bali. Hutan mangrove yang rencananya bakal direvitalisasi menjadi taman dan pusat studi. Banyak sampah plastik yang tersangkut disela akar mangrove.
Sampah plastik sudah terlihat dari pintu masuk hutan mangrove. Sepanjang kanan kiri jalan ada sampah yang tersangkut disela akar maupun disisi lahan yang belum tumbuh mangrove. Pengelola hutan padahal sudah menempatkan sejumlah tong sampah dan mudah ditemui. Salah satunya bisa ditemukan di gazebo yang berfungsi untuk beristirahat.
Papan himbauan juga sudah dipasang di titik-titik tertentu, namun pengunjung tak menghiraukan dan masih meninggalkan sampah sembarangan. Selain sampah yang menjadi musuh, coretan-coretan tidak penting juga banyak dijumpai.
Coretan-coretan itu ada hampir di tiap tiang penyangga maupun kursi yang ada di pos tersebut. Tak berhenti di situ, ulah tangan jahil juga terpampang jelas di satu-satunya gardu pandang di kawasan mangrove tersebut.
Tong sampah berwarna hijau yang sudah mencolok itu maupun imbauan agar buang sampah pada tempatnya masih tidak diindahkan. Sampah-sampah seperti tisu, puntung rokok hingga botol air kemasan berserakan di tiap anak tangga menuju lantai atas.
Pengunjung harus bisa menjaga keindahan suatu objek wisata, itu juga bisa menjadi langkah untuk mempromosikan wisata Indonesia. Pengunjung sesudah anda juga ingin menikmati keindahan wisata yang ada.
Bisa diibaratkan jika kita memasuki toilet sesudah menggunakan harus disiram sampai bersih, tujuannya ketika ada orang sesudah anda yang ingin menggunakan tidak terganggu.